Selasa, 04 Februari 2014

Istilah Khusus dalam Penanggalan Liturgi Gereja Methodist Indonesia

Masa Advent

ADVENT Adventus (Bhs. Latin) = 'kedatangan' Istilah ini dulu kala dipakai umum dalam Imperium Romawi untuk kedatangan kaisar yang dianggap sebagai dewa, kemudian dipakai oleh pengikut-pengikut Kristus untuk menyatakan bahwa bagi mereka bukan kaisar, melainkan Kristus adalah Raja dan Tuhan. Masa Advent adalah masa persiapan sebelum Natal, yakni masa persiapan untuk menghayati makna kedatangan Kristus, sesuai dengan penantian Mesias oleh umat Israel yang terungkap dalam Alkitab Perjanjian Lama, juga sehubungan dengan kedatangan-Nya pada akhir zaman.

Warna Masa Advent, tradisi gerejawi adalah ungu untuk hari Minggu Advent I, II dan IV, merah muda (warna fajar) untuk Hari Minggu Advent III. Ada Gereja yang memakai warna biru ganti ungu, karena karakter Masa Advent tidak sama dengan karakter Masa Prapaska. Warna biru juga dihubungkan dengan Maria yang mewakili umat Israel dalam penantiannya akan kedatangan Mesias.


Natal, Kata Portugis Natal ini berasal dari bahasa Latin Natalis, yakni Dies Natalis, yang berarti Hari Lahir. Masyarakat pra-kristiani dalam Imperium Romawi dahulu menggunakan istilah ini untuk Kelahiran dewa Sang Surya, lengkapnya dies natalis invicti: hari kelahiran matahari yang tak terkalahkan. Pengertiannya dihubungkan pula dengan penyembahan kaisar sebagai dewa seperti matahari. Kaisar (abad ke-3) menetapkan perayaannya pada 25 Desember, demi kehormatannya sendiri sebagai 'tuhan'. Hari ini kemudian 'dikristianisasi’ sebagai Dies Natalis Yesus Kristus sebagai Matahari Kebenaran, Terang dunia yang sebenarnya, Raja alam semesta, Tuhan yang sang-gup turun dari takhta-Nya. Ada juga perhitungan tanggal kelahiran Yesus yang bertitik tolak dari Lukas 1:26. Jikalau Tahun Baru Yahudi (awal bulan Tisyri) jatuh pada sekitar awal Oktober, maka bulan keenam jatuh sekitar bulan Maret. Apabila malaikat Gabriel datang kepada Maria pada akhir bulan keenam itu, maka akhir Desember (menurut kalender kita) adalah 9 bulan sesudahnya. Namun, menurut kalender Yahudi, bulan keenam juga dapat dihi-tung dari Paska, sehingga kelahiran Yesus terjadi pada musim panas dan kandang di Betlehem sedang kosong karena domba-domba bisa bermalam di alam terbuka.


Efifania/Epiphany. Bahasa Yunani Epifaneia = penampakan, khususnya penampakkan Kaisar atau patungnya sebagai dewa pada puncak manifestasi di stadion atau amfiteater (tempat tontonan besar untuk rakyat). Umat Kristiani pertama tidak mengakui kaisar, melainkan Yang Tersalib sebagai Tuhan. Istilah 'Epifania' tetap mereka pakai untuk per-ingatan kedatangan (Penampakan, penyataan tampil-Nya) Sang Juruselamat yang bernama Yesus. Tematik Epifania lebih luas dari hanya kelahiran-Nya: kedatangan Terang dunia, penyembahan oleh orang majus, pembaptisan Yesus oleh Yohanes (dengan suara dari atas: 'Inilah Anak-Ku'). Dirayakan pada 6/7 Januari (atau pada Hari Minggu terdekat), mula-mula khususnya di bagian Timur Imperium Romawi, kemudian juga di bagian Barat (sejarahnya lebih lama daripada perayaan Natal).

Masa Paska, Istilah Pasca, bahasa Portugis, dikembangkan melalui bahasa Latin dan Yunani dari kata Ibrani Pesakh, yang berarti 'lewat'. Yang lewat adalah malaikat maut, yang dilewati adalah maut sendiri (lambangnya ialah penyeberangan Laut Tiberau dan Sungai Yordan). Huruf terakhir dari kata Ibrani Pesakh kemudian dalam bahasa Yunani pindah ke tengah: Paskha, sehingga dalam bahasa Indonesia seharusnya ditulis: Paska, (tanpa h di ujung). Paska Kristus (lewat kematian) adalah konsekuensi pengertian Paska dari Kitab-kitab Perjajian Lama (bnd. Luk. 24:44-45). Paska adalah dasar eksistensi. Gereja dan seyogianya dirayakan lebih intensif daripada Hari Natal.

Pra-Paska. Masa persiapan sebelum Paska. Ada yang memulainya dengan Septuagesima, yakni pada Hari ke-9 sebelum Paska. Lebih umum adalah Masa 40 hari sebagai masa persiapan, mulai dengan Rabu Abu. Ada juga yang memulai Masa Prapaska dengan hari ke-50 sebelum Paska, sehingga seluruh siklus Paska menjadi '100' hari (sebenarnya 100-1 =99 hari).


Rabu Abu. Awal Masa 40 hari. Abu yang secara simbolik ditaruh di atas kepala atau dijadikan tempat tidur menunjukkan perendahan diri, intropeksi, perkabungan, pertobatan, pendekatan diri kepada Tuhan: manusia tidaklah lebih daripada debu di hadapan Allah (Kej. 18:27; 2 Sam. 13:19; Est. 4:1,3; Ayb. 2:8;42:6 Yes. 58;5, Yer. 6:26; Yeh. 27:30; Dan 9:3; Yun. 3:6). Dalam tradisi Protestan 'Masa 40 hari' dan 'Rabu Abu' pada umumnya kurang diindahkan, mungkin karena sikap segan terhadap bentuk dan simbolik, lagi pula untuk menghindari ekses-ekses yang dulu kala terjadi menjelang Masa 40 Hari itu sebagai kesempatan terakhir untuk berhura-hura ('karnaval'). Tetapi bagi Gereja Methodist Indonesia masa 40 hari sebelum Paska, setiap tahun diperingati dan dijadikann sebagai permulaaan masa puasa (lent) dalam upaya pendekatan diri kepada Tuhan dan sebagai cara perendahan diri kepada Tuhan.

Palmarum, berarti 'Hari Palma' (bnd. Yon. 12:13). Jika tematiknya tidak berhu-bungan dengan perjalanan Yesus Masuk Ke Yerusalem, Hari Minggu ini juga dapat disebut Hari Minggu Passio Kedua.

 Warna secara umum untuk masa Prapaska adalah: Ungu. Namun lihat keterangan untuk Hari Minggu ke-7 (Quinguagesima). Lalu, sama seperti Hari Minggu Advent ke-3, Hari Minggu Laetere (ke-3 sebelum Paska) memakai warna merah muda (atau tetap ungu). Jika aksentuasi Hari Minggu terakhir sebelum Paska adalah Passio (sengsara), maka warnanya ungu: Jika aksentuasinya pada perjalanan Yesus masuk ke Yerusalem sebagai Raja, warnanya adalah merah (atau tetap ungu). Tidak ada keharusan dalam soal warna, namun warna dapat mengaktifkan imajinasi penghayatan!


Kamis Putih, seharusnya bukan Hari Kamis, melainkan malamnya hari Jumat Agung. Warnanya putih, karena pada malam hari itu Yesus merayakan Pesakh dengan murid-muridNya untuk terakhir kalinya.

Jumat Agung. Peringatan riwayat sengsara Yesus (Passio) sepanjang hari Warna: merah (atau tetap ungu; dulu: hitam). Warna merah menunjukkan martyria, yakni 'kesaksian' seorang martir yang dibunuh. Oleh karena itu warna merah dipakai untuk per-ingatan kematian Stefanus pada 26 Desember (ia disebut 'saksi', yakni 'martir' da¬lam Kis. 22:20), juga untuk peringatan 'Para Saksi Kudus' pada 1 November (banyak-nya 'martir' bagaikan awan sekeliling kita: Ibr. 11:1; bnd. why. 17:6) dan terutama untuk peringatan Sengsara dan Kematian Yesus pada Hari Jumat Agung ('Saksi yang setia': Why. 1:5;3: 14).


Malam Paska. Sama seperti Jumat Agung mulai dengan malam sebelumnya ('Kamis Putih'), begitu juga Hari Minggu Paska mulai dengan malamnya (sesuai dengan perhitungan hari dulukala; lihat juga Kej. 1:5, 8, 13 dst.). Ada Gereja-gereja yang merayakannya semalam suntuk, antara lain dengan membaca bagian-bagian Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) sehubungan dengan Paska serta pelayanan Baptisan Kudus (menjelang subuh). Warna: mulai dari saat matahari terbenam: putih.

Minggu Paska. Semua Hari Minggu sepanjang Tahun Liturgi mengacu kepada Hari Kebangkitan ini dan disebut 'Minggu', karena 'Minggu1 berarti Tuhan', yakni Tuhan yang bangkit pada Hari Akhad (Akhad, bahasa Arab, sama seperti Ekhad dalam bahasa Ibrani, berarti (Hari) Pertama: Kej. 1:5; Mat. 28:1; Mrk. 16:2; Luk. 24:1; Yoh. 20:1). Maka Hari Minggu adalah Hari Tuhan (Why. 1:10). Kata 'Minggu' itu berasal dari bahasa Portugis (Dominggu(s) dan Latin Dominus, yang berarti Tu(h)an' (sehingga juga pendeta dan seorang lulusan lain dari universitas dulu dipanggil domine, 'tuan'). Hari Minggu Paska (termasuk malamnya) hendaknya dirayakan sebagai hari peringatan Gereja yang paling meriah. Warna: putih (sepanjang seluruh Masa Paska: 7x7 hari, jadi sampai Hari Pentakosta (warnanya merah).


Pentakosta. Kata Yunani Pentakosta berarti 'yang ke-50', yakni hari ke-50 sesudah Paska. Hari ke-50 itu adalah mahkota atas Masa Paska, sesuai dengan Ulangan 16:9-12. Yakni suatu pesta besar, pesta panen dan pesta kemerdekaan. Tidak kebetulan Yerusalem penuh orang pada hari ke-50 sesudah Yesus bangkit. Dan baru pada hari itu kebangkitan-Nya dipahami oleh para rasul sehingga mereka mendapat kekuatan dan keberanian untuk bersaksi (Kis 2:14,22-24, 32-33,36). Panen Paska adalah orang-orang yang menjadi percaya oleh kuasa Ron Kudus (Kis. 2:37-42). Warna: merah, warna api, warna keberanian untuk memberi kesaksian (martyria).

SUMBER: Almanak Gereja Methodist Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar